-->
SOSIALISASI
DAN PEMBENTUK KEPRIBADIAN
A. Pengertian
sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan
tentang nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Mengenai definisi sosialisasi
dapat pula dikutip pendapat beberapa ahli:
1. Bruce
J Cohen
Sosialisasi
adalah proses dimana manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam
masyarakatnya, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas untuk berfungsi,
baik sebagai individu maupun anggota masyarakat,
2. David
Gaslin
Sosialisasi
adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan
tentang nilai dan norma, agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok
masyarakat.
3. Peter
L Berger
Sosialisasi
adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi di
dalam masyarkat.
4. Robert
M.Z. Lawang
Sosialisasi
dapat dimaknai sebagai proses mempelajari nilai, norma, peran, dan semua
persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif
dalam kehidupan sosial.
5. Soerjono
Soekanto
Sosialisasi
merupakan proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang
baru.
B. PROSES
SOSIALISASI DAN PEMBENTUK KEPRIBADIAN
Menurut
Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem
kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Dalam
sosiologi, istilah kepribadian dikenal dengan sebutan diri (self). Sosialisi
bertujuan untuk membentuk diri seseorang agar dapat bertindak dan berperilaku
sesuai dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat dimana ia tinggal.
Menurut George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self,
and, Society (1972), ketika manusia lahir ia belum mempunyai diri (self). Diri
manusia berkembang secara bertahap melalui sosialisasi dan interaksi dengan
manusia lainnya. adapun proses sosialisasi ini berlangsung dalam tiga tahap
yaitu:
1. Play
stage
Seorang
anak mulai belajar mengambil peran (role taking) atau menirukan peran orang
yang ada disekitarnya, namum belum memahami sepenuhnya isi peran-peran yang
ditirukannya.
2. Game
stage
Seorang
anak tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankannya, tetapi telah
pula mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia
berinteraksi.
3. Generalized
Others
Seseorang
dianggap mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam
masyarakat. Ia dapat berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami
peranannya sendiri serta peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Jika
seseorang sudah mencapai tahap ini, maka menurut Mead, orang tersebut telah
memiliki suatu diri.
Seperti
halnya Mead, Charles Horton Cooley menyatakan bahwa konsep diri seseorang
berkembang melalui interaksi dengan orang lain. diri seseorang merupakan sebuah
produk sosial, yaitu sebuah produk dari interaksi sosial. Cooley menyatakan
bahwa diri seseorang memantulkan apa yang dirasakan sebagai tanggapan
masyarakat terhadapnya. Diri seseorang yang berkembang melalui interaksi dengan
orang lain disebut Cooley sebagai Looking glass self.
Cooley menyatakan bahwa
looking glass self terbentuk melalui tiga tahap, yaitu:
1. Seseorang
mebayangkan bagaimana perilaku atau tindakannya tampak bagi orang lain.
2. Seseorang
membayangkan bagaimana orang lain menilai perilaku atau tindakan itu.
3. Seseorang
membangun konsepsi tentang dirinya berdasarkan asumsi penilaian orang lain
terhadap dirinya.
C. FAKTOR-FAKTOR
PEMBENTUK KEPRIBADIAN
a. Warisan
Biologis
Faktor
keturunaan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Warisan biologis
b. Lingkungan
fisik
c. Kebudayaan
d. Pengalaman
kelompok
e. Pengalaman
unik
D. AGEN
ATAU MEDIA SOSIALISASI
Dalam
sosiologi pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi disebut sebagai agen atau
media sosialisasi. Fuller dan Jacobs mengidentifikasi empat agen sosialisasi utama
atau pihak-pihak yang melaksanakan proses sosialsasi utama.
a. Keluarga
Pada
awal kehidupan seseorang, agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara
kandung. Namun dalam masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas (extended
family), agen sosialisasi tidak hanya kedua orang tua dan saudara kandung saja,
tetapi juga pama, bibi, kakek, dan nenek. Demikian juga pada masa sekarang
pengasuh atau baby sitter dan pekerja pada tempat penitipan anak yang secara
setatus bukan anggota keluarga juga berperan besar dalam proses sosialisasi
seorang anak,.
Gertrude
Jaeger mengemukakan bahwa peran agen sosialisasi pada tahap awal (primer),
terutama peran orang tua sangat penting. Pentingnya keluarga sebagai agen
sosialisasi pertama terletak pada pentingnya beberapa kemampuan yang diajarkan
dalam tahap ini.
b. Kelompok
Sebaya atau Teman Sepermainan (peer group)
Setelah
anak dapat berjalan, berbicara, dan berpergian, ia mulai bertemu dan
berinteraksi dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluarga lain.
pada tahap ini, anak memasuki game stage
, fase dimana ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang peranan
orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dengan bermain ia mulai mengenal
nilai-nilai keadilan, kebenaran, toleransi, atau solidaritas. Contohnya bermain
dengan teman tidak boleh curang atau mau menang sendiri. Apabila curang dan mau
menang sendiri, maka teman-temannya
tidak mau lagi bermain dengannya.
c. Sekolah
agen
sosialisi berikutnya adalah pendidikan formal atau sekolah. Disini seseorang
akan mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di dalam keluarga maupun
kelompok sepermainan. Sekolah mempersiapkannya untuk peran-peran baru di masa
mendatang saat ia tidak tergantung lagi pada orang tua.
Sekolah
tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan memengaruhi
perkembangan intelektual anak, tetapi juga memengaruhi hal lain seperti
kemandirian, tanggungjawab, dan tata tertib. Robert Dreebon berpendapat bahwa
yang dipelajari anak di sekolah-di samping membaca, menulis, dan berhitung
adalah aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), univeralisme (univeralism), dan spesifitas ( specifity).
Menurut
Dreeben, di sekolah seorang anak harus belajar mandiri. Apabila di rumah
seorang anak dapat mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melakukan berbagai
pekerjaan, maka di sekolah sebagian besar tugas harus dilakukan sendiri dengan
penuh rasa tanggung jawab. Ketergantungan pada orang tua yang dijumpai di rumah
tidak terdapat di sekolah. Guru menuntut kemandirian dan tanggung jawab pribadi
dalam menunaikan tugas-tugas di sekolah.
d. Media
Masa
Media
masa terdiri dari media cetak (surat kabar atau majalah) dan media elektronik
(radio, teleisi, internet, film, kaset, dan CD). Media masa merupakan bentuk
komunikasi dan rekreasi yang menjangkau sejumlah besar orang.
Minat
anak-anak terhadap siaran televisi yang menayangkan berbagai jenis hiburan,
membuat media ini begitu dominan dalam proses sosialisasi karena anak-anak
lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar televisi dibandingkan waktu
yang digunakan untuk belajar. Penayangan film-film keras dan brutal melalui
televisi dapat menimbulkan perilaku keras. Selain itui dapat pula memengaruhi
sikap dan perilaku agresif pada anak-anak. Iklan yang ditayangkan melalui
televisi pun mempunyai potensi untuk memicu perubahan pola konsumsi atau gaya
hidup masyarakat.
Media
masa merupakan agen sosialisasi yang menyampaikan pesan-pesan kepada individu.
Jika pesan-pesan yang disampaikan sepadan maka proses sosialisasi akan berjalan
lancar, tetapi apabila bertentangan maka kecenderungan seseorang mengalami
konflik pribadi.
E. BENTUK
SOSIALISASI
Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu sosialisasi primer dan sekunder. Light, Keller, dan Callhoun
mengemukakan bahwa setelah seseorang mendapatkan sosialisasi dini yang
dinamakannya sosialisasi primer maka selanjutnya akan mendapatkan sosialisasi
sekunder.
1. Sosialisasi
Primer adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai
manusia. Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil, dimana ia belajar menjadi anggota
masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga.
2. Sosialisasi
Sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu ke dalam
lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain, dan
lingkungan kerja.
F. TIPE
SOSIALISASI
Berdasarkan tipenya, proses sosialisasi
yang berlangsung di masyarakat di bedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sosialisais
Formal
Sosialisasi
tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang
berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
b. Sosialisasi
Informal
Sosialisasi
tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan
seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klib, dan kelompok-kelompok
sosial yang ada di dalam masyarakat.
G. POLA
SOSIALISASI
Jaeger membagi sosialisasi ke dalam dua pola, yaitu:
a. Sosialisasi
Represif (repressive socialization)
menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari
sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan
imbalan, penekanan pada kebutuhan anak pada orantua, penekanan pada komunikasi
yang bersifat satu arah, non-verbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi
terletak pada orang tua dan pada keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant others.
SUMBER:
Fritz,
Damanik. 2006. Seribupena Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Kun
Maryati. 2004. Sosiologi SMA Kelas X. Jakarta: Esis.
0 komentar:
Posting Komentar